Fermentasi jerami basah untuk sapi adalah salah satu inovasi cerdas yang dapat dilakukan oleh peternak untuk memanfaatkan sumber daya lokal di sekitar lingkungan mereka. Umumnya, pakan sapi tidak hanya berasal dari rumput hijau, tetapi juga dapat dibuat dari limbah pertanian seperti jerami padi. Dengan mengetahui cara fermentasi jerami basah untuk sapi, peternak bisa mendapatkan pakan berkualitas tinggi.
Jerami basah merupakan sisa tanaman seperti padi, jagung, atau gandum yang masih memiliki kadar air tinggi. Karena kadar kelembapannya cukup besar, jerami jenis ini mudah rusak jika tidak diolah dengan benar. Melalui cara fermentasi jerami sistem terbuka, peternak dapat mengawetkan jerami basah sekaligus meningkatkan kandungan nutrisinya.
Beberapa Cara Fermentasi Jerami Basah untuk Sapi Cara Fermentasi Jerami Basah untuk Sapi dengan Air
Metode pertama cara fermentasi jerami basah untuk sapi dapat dilakukan hanya dengan menggunakan air bersih. Proses ini sederhana dan bisa dilakukan oleh siapa saja, bahkan peternak pemula.
Bahan yang dibutuhkan:
Jerami basah berkualitas baik Air bersih secukupnya Wadah besar seperti drum plastik atau tong tertutup Batu atau benda berat untuk menekan jerami
Langkah-langkahnya:
Pilih jerami yang masih segar dan bebas dari lumpur atau kotoran. Cacah jerami menjadi ukuran 5–10 cm agar mudah dikunyah oleh sapi. Masukkan jerami ke dalam wadah bersih, kemudian tambahkan air hingga kadar air mencapai 50–60%. Pastikan jerami benar-benar terendam air dan tekan dengan batu agar tidak mengapung. Diamkan selama 2–3 minggu agar proses fermentasi berjalan sempurna. Setelah itu, jemur sebentar hingga tidak terlalu basah sebelum diberikan pada sapi.
Jerami hasil fermentasi akan berwarna kuning kecokelatan, beraroma harum, dan tidak berjamur. Pakan ini dapat disimpan selama beberapa bulan di tempat yang kering.
Cara Fermentasi Jerami Basah di Tempat Tertutup
Metode kedua cara fermentasi jerami basah untuk sapi dilakukan di tempat tertutup agar lebih higienis dan hasilnya optimal. Peternak dapat menggunakan ruangan beratap dengan lantai semen atau tanah yang ditinggikan.
Bahan dan alat:
Jerami basah dengan kadar air 60–65% Urea sekitar 5 kg per ton jerami Probiotik atau EM4 Ember, plastik, dan alat pencacah jerami
Tahapan fermentasi:
Cacah jerami sepanjang 10–15 cm. Susun jerami setebal 20 cm di wadah atau lubang yang sudah dilapisi terpal. Taburkan campuran urea dan probiotik secara merata di setiap lapisan jerami. Tutup rapat dengan plastik dan beri pemberat di atasnya. Diamkan selama 21 hari agar mikroorganisme bekerja sempurna.
Setelah tiga minggu, buka penutup dan keringkan jerami di bawah sinar matahari hingga kadar airnya berkurang. Ciri fermentasi berhasil adalah jerami berwarna kuning pucat, beraroma segar, dan tidak berlendir. Jerami yang telah difermentasi dengan baik ini siap digunakan sebagai pakan sapi yang lebih bergizi dan mudah dicerna.
Fermentasi Jerami Basah di Tempat Terbuka
Jika tidak memiliki ruang tertutup, fermentasi juga bisa dilakukan di area terbuka yang terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung.
Bahan-bahan yang diperlukan:
1 ton jerami padi segar 2,5 kg urea 2,5 kg probiotik Air bersih secukupnya
Caranya hampir sama: jerami ditumpuk setebal 20 cm, kemudian setiap lapisan ditaburi campuran probiotik dan urea. Setelah semua bahan tersusun, tutup rapat dengan plastik dan diamkan selama 21 hari. Setelah fermentasi selesai, keringkan jerami hingga kadar airnya menurun sebelum disimpan atau diberikan kepada sapi.
Penutup
Melalui berbagai cara fermentasi jerami basah untuk sapi, peternak dapat mengubah limbah pertanian menjadi pakan ternak berkualitas tinggi. Selain menghemat biaya pakan, fermentasi juga menjaga ketersediaan pakan selama musim kemarau. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas secara benar dan menjaga kebersihan bahan, hasil fermentasi akan maksimal.
Untuk mempercepat proses pencacahan bahan, peternak dapat memanfaatkan mesin pencacah jerami agar pekerjaan menjadi lebih efisien dan praktis. Dengan alat ini, bahan pakan akan memiliki ukuran seragam, memudahkan sapi dalam mencerna, sekaligus menjaga kualitas nutrisi. Pendekatan sederhana ini tidak hanya meningkatkan produktivitas dan efisiensi peternakan, tetapi juga mendukung praktik yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.